tentang kita

Tak ada yang tak tahu lagunya akang Ariel yang berjudul “Semua Tentang Kita”. Dulu lagu ini populer sekali sewaktu aku sedang duduk di bangku kelas 2 SMA. Teringat dulu ada panggung perpisahan di belakang sekolah, ada salah satu band kakak kelas yang menyanyikan lagu ini. Agar lebih terasa dramatis nya akan aku salin liriknya disini:

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

ada cerita tentang aku dan dia
dan kita bersama saat dulu kala
ada cerita tentang masa yang indah
saat kita berduka, saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Dari liriknya kita sudah tahu ini lagu tentang perpisahan. Lagunya sendu, musiknya juga sendu. Sesendu sore ini. *beuh galau.

Entah mengapa aku teringat sahabat-sahabatku….yang pernah mengisi kehidupanku selama seperempat abad lebih dikit. haha… Ada teman semasa ingusan di SD, teman saat jadi abege labil di SMP, teman remaja zaman-zaman songong di SMA hingga memasuki tahap dewasa di kuliah dan pekerjaan. Seperti warna, beragam, kadang terang kadang gelap. Persahabatan tidak selama tentang kesenangan ada juga kesedihan, tapi itulah mengapa disebut sahabat, kita mengarunginya tidak hanya dikala senang tapi juga sedih.

Sahabat-sahabat saya semasa sekolah dan kuliah dulu saat ini sudah banyak yang berkeluarga, mereka sudah menemukan teman sejati mereka dalam mengaruingi hidup. ooowh so sweeet. Tidak sedikit pula yang sudah dikaruniai keturuanan. Alhamdulillah. Teringat dulu saat sahabat terdekat saya akhirnya menikah…ada rasa sangat senang, ikut membantunya merencanakan pernikahan, menemaninya ke pasar untuk memilih kain dan mempersiakan pestanya. Rasanya menyenangkan. Namun, sedetik selesai resepsi…ada rasa sedih..ada rasa kehilangan. Ditambah lagi ketika putra dan putri mereka lahir kedunia, Subhanallah…melihat sahabatku berubah semakin dewasa dan semakin cantik. Ketika mereka bersama keluarga kecilnya, ada rasa bahagia ada rasa cemburu (bukan siriik ya,*tapi sirik juga sih, kadang :p)…ingin lagi bersamanya, berbagi cerita bersamanya, berjalan keliling kampus bersamanya, backpack keliling kota bersamanya lagi.

Teringat pula sahabat-sahabat teman satu perjuangan di Bima. Sebuah persahabatan yang unik, terkadang kalau bersahabat kita bisa memilih kita mau bermain dan berjalan dengan siapa. Tapi ini tidak, kita “dipaksa” untuk bertemu dan bersahabat. Lucu memang, namun kalau berfikir lebih jauh lagi, tidak ada yang namanya sebuah paksaan dan kebetulan, ada sebuah garis yang menyatukan kita, TAKDIR. Kita di takdirkan untuk bertemu dan bekerjasama di sebuah tempat, dengan tanpa tujuan. Aku punya keyakinan kuat bahwa kami memang ditakdirkan untuk bersama, Allah punya maksud untuk itu, untuk kita berfikir dan belajar. Setahun bukan waktu yang sebentar untuk saling mengenal dan memahami. Selama itu pula aku banyak belajar dari sahabat-sahabat ku itu. Selama itu pula banyak gejolak naik turun dalam persahabatan. Wajar adanya karena kami adalah manusia yang punya rasa. Pada dasarnya sahabat-sahabatku semuanya adalah orang yang baik, sangat baik. Aku bersyukur bisa bersama mereka. Setahun itu telah membuat saya belajar mencintai dan menyayangi mereka. Saking cinta dan sayang-nya saya seringkali menyakiti perasaan mereka.

Aku sudah menganggap mereka sebagai keluargaku sendiri, bagaimanapun kami disana hidup di negeri orang, dan satu-satu nya keluarga terdekat adalah sahabat-sahabat satu perjuangan. Namun sayang, saat aku sudah semakin mencintai dan menyayangi mereka waktu yang diberikan kepada kami untuk bersama sudah berakhir. Kami harus kembali ke kehidupan kamu semula, ke tempat dimana kami belum saling mengenal dulu. Namun berakhir tidak selamanya akhir dari persahabatan. Persahabatan kami pun berpindah ke sebuah dunia, yang dimana manusianya tidak saling menatap satu sama lain. Dunia maya. Kita berbicara dalam medan kata-kata dalam tulisan. Beruntung saat ini sudah ada teknologi canggih macam smartphone, mendekatkan yang jauh. Asik asik joss. It’s funny actually to have a relationship like this. Karena kami terbiasa bertemu muka, terkadang selama 7 x 24 jam. Mengetahui gerak-geriknya, mengetahui mimiknya..namun kini hal itu tidak ada, di wakili oleh sederet emoticon-emoticon lucu dan menggemaskan yang jelaaas sama sekali tidak mirip dengan wajah sahabat kita, dan mungkin bisa saja tidak mewakili apa yang mereka rasakan (bahas lebih lanjut di materi semiotika oleh prof. Yasraf Amir Piliang). Hahaha. Yap intinya hingga kini kami tetap bersama namun dalam wadah yang berbeda.

Buatku dua kisah tersebut adalah hal yang menyedihkan dalam hidup.*widiiiiih lebay*. But, that’s true, hidup akan terus bergulir sama seperti persahabatan pasti akan ada jenjang nya, ada masa-nya, ada fase-nya. Rasanya ingin terus bersama, berbagi perasaan dan “saling menghina”, namun egois bila terus begitu. Life must goes on, setiap orang punya impian dan cita-citanya masing-masing. Setiap orang punya hak untuk memilih dan berkembang sesuai dengan nalurinya.

Seperti apa kata lagu di atas, waktu akan terus berlalu meninggalkan cerita kita, kini aku teringat saat-saat dimana kita bersama dulu…

Tapi semoga…kita akan terus bersahabat. Teringat kata-kata seorang teman, karena persahabatan bukanlah hanya seberapa sering kita bertemu dengannya, tapi seberapa sering namanya kita sebut dalam doa. Cintailah sahabatmu karena Allah, sayangilah sahabatmu karena Allah. Love them for the sake of Allah.

Sudahkah kita mendoakan sahabat kita hari ini?

Sahabat dimanapun kau berada saat ini, semoga kau selalu dalam lindungan Allah. Semoga kita dapat berkumpul di surga Mu kelak.

Aamiin

Kopo galau dot kom

DENGAR DAN LAKUKAN!!!

Ahad, 1 September 2013

image

Pagi ini saya benar-benar bersemangat, jiwa raga ini membuncah tak karuan *lebay, apa hal? Karena saya akan bertemu dengan salah satu tokoh favorit saya, walikota terpilih Kota Bandung, Ridwan Kamil. Sebelum menjadi calon walikota Bandung, sejujurnya saya sudah menjadi fans berat bapak yang satu ini, saya mengagumi karya-karya arsitekturnya yang fantastis, ber-estetika tinggi dan punya filosofi yang mendalam. Salah satunya adalah Masjid Al-Irsyad yang terletak di perumahan Kota Baru Parahyangan, berkonsep modern yang islami, masjid ini punya kenangan tersendiri bagi saya , salah satu tempat saya memendam kegalauan semasa kuliah dulu *aheey. Selain itu saya merasa punya satu kekerabatan yang dekat dengan beliau *helooow..siapa elu, karena sama-sama alumnus dari SMA dan kampus yang sama, walaupun saya sadar tak seujung rambut pun beliau mengenali siapa saya.
Saya sebagai orang yang ber-KTP kabuaten yang ber –aktivitas di kota Bandung, sangat senang sekali ketika beliau terpilih menjadi walikota Bandung periode 2013-2018, saya merasa ada hembusan angin segar bagi dan secercah harapan baru untuk kota Bandung berubah menjadi lebih baik. Menjadi the real Bandung Bermartabat. Aamiin.

Yap kembali ke ahad pagi yang cerah di kota Bandung, Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil sebagai walikota terpilih menggelar acara NGABANDUNGAN #7, sebuah acara yang dibuat oleh tim Kang Emil untuk masyarakat Bandung dalam menyampaikan aspirasi-nya secara langsung di hadapan Kang Emil. Ngabandungan sendiri dalam bahasa Sunda memiliki makna ‘mendengarkan dengan sungguh-sungguh’. Pada awalnya saya berpikir ini akan menjadi ajang kang Emil untuk “menceramahi” warga Bandung, tapi ternyata saya salah, justru 70% yang berbicara di acara ini adalah warga kota Bandung. Kita bebas menyampaikan aspirasi kita di hadapan kang Emil. Ngabandungan hari ini adalah ngabandungan ke-tujuh setelah sebelumnya Ngabandungan di adakan di berbagai tempat yang berbeda dengan tema yang beragam pula, khusus d hari ini ngabandungan membahas seputar dunia Pendidikan.

Acara dimulai tepat pukul 9 sesuai jadwal, di awal sang MC membimbing para peaerta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sejenak gedung Indonesia Menggugat gegap gempita, sekitar lebih dari seratus peserta berdiri syahdu melantunkan lagu kebangsaan.

Kemudian saat yang dinanti pun tiba, sesosok pria setengah baya, dengan tampilan santay menggunakan kaos oblong, rambut klimis dan kacamata frame hitam tebal maju ke depan panggung, dialah kang Emil. Bersama moderator yang saya lupa namanya (aduh maaf pak), para peserta di ajak untuk ikut aturan main acara tersebut, beberapa aturan di sebutkan di awal agar keberjalanan acara lebih tertib *oke gw suka gaya loe. Intinya siapapun hari itu, di gedung itu diberi kesempatan untuk berbicara tentang permasalahn pendidikan di kota Bandung secara detail dan based on data lebih baik dalam waktu yang singkat padat dan jelas.

Sesi pertama di buka bukan dengan kata-kata dari Kang Emil, tapi justru Kang Emil-lah yang ingin mendengar apa kata warga. Lalu diberilah kesempatan untuk lima orang yang ingin memberikan aspirasinya. Belum lagi sang MC mempersilahkan mengacungkan tangan, seperempat ruangan sudah dipenuhi dengan tangan-tangan mengacung haus untuk ditunjuk, bahkan saking semangatnya ada seorang Bapak yang berdiri setengah loncat. Subhanallah antusias sekali warga saat itu.

Karena saking riuh nya suasana saat itu, akhirnya Kang Emil angkat bicara. Dengan suara beratnya, beliau memperkenalkan diri dengan bercerita bahwa beliau lahir dari latar belakang keluarga guru, almarhum bapaknya adalah seorang dosen Fakultas hukum UNPAD, ibu beliau juga seorang dosen UNISBA. Beliau sendiri adalah seorang PNS dosen Arsitektur ITB. Sehingga beliau sedikit banyak paham mengenai dunia pendidikan itu sendiri. Beliau mengatalan bahwa tema yang dibahas kali ini sangatlah penting, khususnya bagi kota Bandung sebagai kota berpendidikan, beliau mengatakan bahwa Jepang dan Korea maju karena menggunakan pendidikan sebagai landasan. Teringat salah satu tagline dari almamaternya dulu ketika di SMA, SMA Negeri 3 Bandung, bahwa “Knowledge is power but character is more”. Pendidikan memang penting namun moral yang paling utama. Sekejap saya langsung merinding, mengingat-ingat kembali tagline yang sudah menjadi suntikan saya selama 3 tahun bersekolah di SMA 3. And know i realize and i can feel it, thats completly true!!!. 

Akhirnya sesi aspirasi pun dimulai, satu persatu peserta kedepan dan menyampaikan apa yang menjadi unek-uneknya bahkan beberapa ada yang curhat, namun tentunya kang Emil tidak hanya ingin mendengarkan keluhan beliau juga ingin mendengarkan harapan beserta usulan nyata dari sang apresiator yang maju. Peserta yang hadir kebanyakan adalah anak sekolah, mahasiswa, komite, orang tua murid, guru baik negeri maupun swasta (dan dari riuhnya sepertinya banyak dari guru honorer), ada juga praktisi pendidikan, beberapa dari forum pendidikan dan komunitas peduli pendidikan dan anak jalanan dan lain-lain. Banyak sekali aspirasi yang mereka sampaikan, pada intinya mereka menyampaikan berbagai permasalahan pendidikan yang terjadi di kota Bandung. Berikut rangkuman dari beberapa apresiator:

LAPORAN WARGA:

– Bahwa permasalah utama pendidikan di kota Bandung terletak pada manajemen pendidikan yang buruk di tingkat Dinas Pendidikan Kota. Para pengambil kebijakan yang masih belum paham betul mengenai manajemen pendidikan yang baik. Banyak laporan terjadinya pelanggaran dan kecurangan di tingkat Dinas Pendidikan.

– Sistem seleksi kepala dinas dan kepala sekolah yang belum transparan.

– Dinas yang berorientasi pada duit, dualisme kebijakan di tingkat kadis dan dikdas

– Kesejahteraan guru honorer yang masih terlantar, tunjangan dan kepastian pengangkatan yang berkepanjangan tidak ada ujung pangkalnya. Adanya kasta di tingkat pendidikan di Bandung: Kasta Struktural (dinas), kasta kepala sekolah, kasta guru dan kasta guru honorer. Kasta keempat inilah yang selalu diinjak-injak dan belum diperhatikan kesejahteraannya.

– Banyaknya “pungutan-pungutan” yang merupakan kebijakan dinas untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan yang seharusnya anggaran sudah tersedia dari pemerintah (contoh: pelaksanaan LDKS ditarik biaya 175 ribu per-anak),

– Pelaksanaan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang masih tidak adil, banyaknya siswa titipan dari beberapa pejabat negara, sehingga menimbulkan over quota di sekolah-sekolah negeri dan munculnya 2000 siswa siluman di sekolah negeri.

– Fasilitas pendidikan gratis yang dikomersilkan (penggunaan bus sekolah masih di tarik biaya di lapangan)

– Pendidikan di kota Bandung belum INKLUSI khususnya bagi ABK dan anak jalanan.

– Ada seorang anak bernama Gumilar yang di akhir menyampaikan apresiasinya dia berkata: “guru jangan cuma nuntut kesejahteraan saja, kalau di sekolah datang cuma nyuruh nyatet dan curhat tentang gaji”. (Oooo ooow…)

– Ada juga yang mempertanyakan nasib anak-anak yang berada dalam margin “bodoh” — saya sebut belum mampu saja dan “miskin” — saya sebut saja kurang mampu. Banyak anak-anak dari margin tersebut yang kehilangan kesempatan untuk melanjutkan kuliah.

Selain LAPORAN ada pula SARAN dan USUL nyata dari peserta:

– Kepala dinas haruslah orang yang profesional di bidangnya, yang mengerti tentang manajemen pendidikan. Sehingga perlu dalam pengangkatannya perlu diadakan Fit and Proper test yang objektif. Bahkan setingkat kepala sekolah pun seharusnya diadakan hal yang sama (edee caruuu eeeee!!!!). Jika memang belum ada calon kepala dinas yang pantas, kenapa tidak untuk outsorce??? (woooow).

– Pemerintah kota pun diminta untuk bertindak tegas terhadap dinas pendidikan bila ada pelanggaran. Istiqomah, amanah dan jujur dalam melakukan perbaikan.

— (Ini yang paling menari menurut saya) Pendidikan di kota Bandung haruslah INKLUSI dan ramah anak, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan anak jalanan. Tidak hanya itu anak juga harus di berikan pendidikan karakter yang mengajarkan anak untuk menghargai ABK dan anak jalanan. (mengungari tingkat bullying masyarakat dan anak terhadap ABK dan anak jalanan).

– (ini ga kalah menarik buat saya) Edukasi membuang sampah dan budi pekerti harus di terapkan di sekolah formal dan informal. 

– Guru juga diharapkan tidak hanya mempertanyakan mengenai kesejahterahan-nya namun juga harus memperhatikan dan meningkatkan kualitas diri *heeey gw suka gaya lo*.

Oke tadi merupakan beeberpa rangkuman laporan dan usulan solusi untuk permasalahan pendidikan yang terjadi di kota Bandung. Lucu nya dari forum ini justru secara tidak langsung warga dapat menemukan solusi permasalahannya sendiri dari rekan atau bahkan dari warga lain, sebelum kang Emil sendiri yang mengungkapkan tanggapannya. Disinilah menariknya acara ini, kang Emil bukan “menjawab” secara langsung segala jenis permasalahan pendidikan yang terjadi di kota Bandung, namun kang Emil ingin mendengar curhatan, keluhan, aspirasi, usulan hingga ide-ide kreatif dari warga Bandung itu sendiri.

Akhirnya di tengah sesi kang Emil memberikan tanggapannya. Pada intinya kang Emil berterimakasih atas berbagai masukan dari warga, dan kang Emil mengajak warga, “Mari berjuang bersama-sama untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada”. Kang Emil selama sesi terus mencatat di buku birunya, segala keresahan dan usulan warga, tak henti tangannya menulis di buku tersebut.

– Beliau berkata akan banyak membentuk tim khusus bagi setiap permasalahan-permasalahan yang muncul khususnya pada tingkat dinas pendidikan, karena masih banyak hal yang harus beliau kaji.

– Melakukan “Propaganda Positif” di berbagai media (untuk pembinaan karakter)

– Anggaran pendidikan ada peningkatan, namun permasalahan masih saja tetap sama. Hal ini membuktikan masalah bukan ada pada pengadaan duitnya, namun bagaimana me-manage duitnya dengan benar.

– Untuk permasalah over quota  di sekolah negeri Kang Emil meminta data-data akuratnya dan langsung akan mengecek ke bagian inspektorat.

– Mempelajari lagi proporsi anggaran yang besar, kalau uangnya ada, kenapa tidak kembali ke masyarakat. Memperjuangkan itu tidak hanya menambah anggaran tapi juga mengurangi pengeluaran (mantabh yeuuuuh!!!)

– “Saya akan membenahi kota agar kota Bandung menjadi kota sehat, ciri kota sehat adalah dimana warganya nongkrong di taman, bukan di cafe atau mall, ketika kota sudah sehat maka warga akan sehat, sehingga banyak permasalahan yang dapat diselesaikan ketika pikiran jernih”

– Membuat forum warga yang berkala dan berkelanjutan, dengan membahas permasalahan dan solusi didalamnya.

– Me-launching BUS SEKOLAH GRATIS di bulan Desember (disiapkan 20 armada bus) serta program bike to work, bike to scholl disertai program bike sharing, berupa penyediaan halte sewa sepeda. Di tahun pertama ini kang Emil berjanji akan melakukan penataan kota dengan benar.

– “Sekolah jangka pendek adalah untuk mencari kerja, sekolah jangka panjang adalah untuk merubah peradaban”

– Memaksimalkan penggunaan alat komunikasi di sekolah-sekolah (i-pad).

Last but not least, kata penutup dari kang Emil “Cintai Bandung dengan Solusi, bukan dengan Caci Maki”

==========================================

Pada intinya memang kang Emil tidak banyak bicara panjang lebar di forum ini, beliau banyak mencatat dan belajar dari warga, beliau terus berjanji akan mengkaji berbagai keluhan yang disampaikan warga, serta mengajak sama-sama bergerak. Memang itulah inti dari acara Ngabandungan ini, seperti makna dari katanya, kang Emil lebih banyak mendengar dan mencatat, wargalah yang terus mengeluarkan apresiasinya, juga data berupa fakta dan saling memberikan usul dan solusi.

Subhaballah….

Saya jadi ingat seorang sahabat Rasul yang juga seorang khalifah, Umar bin Khattab. Sebagai pemimpin beliau banyak mendengar dari rakyatnya, beliau berkeliling dan mendekati langsung rakyatnya. Begitulah seharusnya seorang pemimpin yang mencintai rakyatnya, dimana rakyatlah yang seharusnya di layani bukan rakyat yang melayani pemimpin. Karena sesungguhnya rakyat adalah amanah dari seorang pemimpin.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan setelah mendengar? Tentunya kontribusi dan solusi nyata dari pemimpin beserta segenap rakyatnya. DENGAR dan LAKUKAN!!! mun ceuk basa Qur’an na mah….SAMI’NA WA ATHO’NA, kami dengar, kami taat.

16 September 2013 Bapak Ridwan Kamil akan dilantik menjadi walikota Bandung secara resmi. Semoga lima tahun kedepan ini akan menjadi tahun perubahan bagi kota Bandung, ke arah yang lebih baik lagi, khususnya perbaikan dalam bidang pendidikan dan karakter anak-anak. Menuju the trully BANDUNG BERMARTABAT. aamiin.

Oyah acara ini ditutup dengan penampilan khusus dari anak-anak jalanan dari Kelompok Perempian Mandiri (KPM) Dewi Sartika. Ada sekitar 20 orang anak jalanan, melakukan performance art dan menyanyikan lagu-lagu yang menyuarakan suara hati mereka. Juga menyanyikan lagu kebangsaan sambil menunduk malu sepanjang lagu, ini menggambarkan bahwa mereka malu menjadi warga Indonesia. Luar biasah. Yang menarik ketika di akhir penampilan mereka meneriakkan: INDONESIA! BELUM MERDEKA! INDONESIA! BELUM MERDEKA!INDONESIA! BELUM MERDEKA!.

Benarkah? hanya saya, anda dan Tuhan yang tahu jawabannya. Mari kita renungkan.

Sekian mohon maaf kalau ada salah kata, mohon perbaikan bila ada kesalahan.

Malam ini masih sama seperti pagi tadi, saya masih bersemangat dan semakin optimis akan masa depan pendidikan di kota Bandung (dan sekitarnya-kabupaten maksudnya, semoga kecipratan).

Salam hangat penuh semangat.

Kopo, September 2013

Sang Penakhluk Konstantinopel

Highly recomended book.

Buat teman-teman yang suka penasaran apa yang terjadi di masa lalu. Buku ini tidak hanya menceritakan tentang sosok seorang penakhluk konstantinopel, Muhammad Al Fatih, tapi secara lugas membeberkan semangat jihad kaum muslimin selepas ditinggal oleh baginda Rasulullah saw.

Secara detail ust. Felix Y.Siauw menjelaskan tahap demi tahap proses penakhlukan kekuasaan Byzantium di Konstantinopel. Bagaimana kaum muslimin yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan ustmani, tetap teguh dan taat menjalakan ibadah walau dalam kondisi berperang.

Dari beratus-ratus peperangan yang terjadi, tahun 1453 menjadi catatan penting sejarah islam, pasukan islam yang dipimpin oleh Muhammad Al-Fatih, berhasil menembus pertahanan hebat pasukan byzantium, konstantinopel pun menyerah.

“Ini adalah salah satu pertempuran paling penting dalam sejarah Islam dan sejarah dunia. Pertempuran yang sangat berpengaruh pada relasi Kristen dan Islam. Serta panglima terbaik yang telah diramalkan oleh Rasulullah saw”-Felix Y.Siauw

Sesungguhnya kemenangan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih dikarenakan ketaqwaan dan kezuhudan beliau, strategi perang yang matang dan tentunya karena adanya pertolongan Allah.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (QS. Al-Fath[48]:1)

Buku ini sangat baik dibaca oleh kita sebagai generasi umat nabi Muhammad saw. Buat yang penasaran kenapa sih harus beperang melawan konstantinopel? Dimana itu konstantinopel? Bagaimana kisah panjang penakhlukannya? Apa yang terjadi pada masa itu? Siapa itu Muhammad Al-Fatih? Bagaimana strategi perang yang digencarkan?

Buku ini sangat baik dibaca oleh kita sebagai generasi umat nabi Muhammad saw, baca buku ini buat saya merinding dan jadi sering merenung *bukan karena galau, tapi saya berpikir..ya Allah..apa yang sudah saya berikan untuk Islam? Kalaupun ada, itu tidak akan sebanding dengan apa yang sudah dilakukan oleh para pejuang Islam dahulu. Semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang selalu bertaqwa dan hamba yang zuhud. Serta punya semangat juang seperti para pendahulu kita.

Aamiin.

Semakin semangat berjumpa dengan Turki!!!

Bandung, 1 Syawal 1434 H

Tak Hanya Sekedar Berkumpul

Sewaktu aku kecil malam takbiran adalah malam yang paling kutunggu selepas bulan Ramadhan. Masih teringat dalam memoriku setiap tahun di malam takbiran aku habiskan bersama keluarga beasarku di kampung. Bermain kembang api, bercanda tawa hingga malam dengan adik, mama, papa, tante, sepupu-sepupu, dan yang pasti empat sosok selalu ku hormati dan kucintai oma dan opa serta aki dan uci.

Kami adalah keluarga rantau, sehingga ramadhan dan lebaran adalah momen penting untuk bersilaturahim. Hanya pada saat lebaran kami berkumpul, saling melepas rindu.

Bagiku dulu inti dari berlebaran adalah berkumpul. Dan akan terus begitu. Aku senang dan bahagia setiap berakhirnya bulan Ramadhan. Karena kutahu, lebaran akan tiba dan itu artinya kami semua akan bertemu, memakai baju baru, sepatu baru, makan beragam kue tradiaional dan yang paling membahagiakan dan dinanti adalah salam tempel!. Hahaha.

Oma Opa dan cucu-cucu. Payakumbuh, Syawal 1432 H.
Oma Opa dan cucu-cucu. Payakumbuh, Syawal 1432 H.

Namun, seiring waktu berjalan. Aku semakin menyadari makna dari lebaran tidak hanya sekedar bertemu muka. Hal itu baru aku rasakan saat ini, ketika Allah memanggil lebih dulu aki dan oma, lalu disusul uci dan opa yang saat ini sedang sakit keras.

Banyak perbedaan yang terjadi. Tak ada lagi pulang kampung. Tak ada lagi mudik bersama. Lebaran bukan lagi ajang berkumpul bagi keluarga kami. Konsentrasi kami adalah untuk merawat uci dan opa. Awalnya aku sedih sungguh sangat sedih. Aku merindukan kebersamaan kami di kampung halaman, di rumah aki dan uci, di pekarangan rumah oma dan opa.

Mungkin ini yang namanya perjalanan hidup. Ada fase nya. Aku tahu Allah punya rencana yang manis buat setiap hamba-Nya. Allah menanamkan sejuta makna dari setiap kejadian.

Memang saat ini keluarga besar kami tak dapat berkumpul lengkap di malam takbiran. Tapi dari peristiwa ini aku tahu bahwa makna dari lebaran tidak hanya sekedar bersilaturahim. Dalam kesepian kini aku berpikir. Lebaran adalah refleksi dari keberjalanan satu bulan Ramadhan, sudah sejauh manakah aku “memanfaatkan” Ramadhan?, sudah lebih baik kah diriku kini dari bulan-bulan sebelumnya?, sudahkah aku lebih dekat dengan Allah? sudahkah aku memperbaiki ibadahku? sudahkah aku benar-benar bertaubat?.

Sudahkan Ya Allah?

Aku takkan pernah tahu jawabannya sampai aku dapat mempertahankan apa yang aku dapatkan di bulan Ramadhan ini untuk aku terapkan di bulan-bulan berikutnya, sampai aku terus berjuang jadi pribadi yang lebih baik lagi, sampai aku tak kenal kenyang dalam mencari ilmu-Mu dan mengamalkan-Nya.

Dalam kesepian ini aku pun menemukan makna bahwa lebaran tidak hanya sekedar bertemu muka. Karena kehadiran kami insyaAllah sudah tergantikan dengan doa. Doa untuk keluarga besarku.

Ya Allah lindungilah keluargaku dari api neraka. Jadikanlah keluargaku ahli syurga.

Ya Allah ampunilah dosa para pendahuli kami, lapangkan lah kuburnya, terimalah amal baik mereka, dan tempatkan mereka di sisi Mu kelak.

Ya Allah pertemukanlah kami dengan Ramadhan mu tahun depan.

Untuk keluargaku dan juga untuk sahabat-sahabatku yang belum sempat bertemu…..

Walaupun saat ini raga kami berpisah, hati kami tetap bersatu dalam ukhuwah Mu, semoga kelak kami akan dipertemukan di Jannah Mu. Aamiin.

Ramadhan sudah berakhir, bulan penuh ampunan dan penuh pahala sudah berlalu. Semoga semangat Ramadhan dapat terus berkobar pada bulan-bulan berikutnya.

Aamiin..aamiin..317x

Sukamenak, 1 Syawal 1434 H

Ramadhan Ku Kemarin dan Kini

Setahun di tanah Bima telah mengajariku mencintai anak-anak

Setahun di tanah Bima telah mengajariku arti dari kepedulian

Setahun di tanah Bima telah mengajari makna dari “Kontribusi Nyata”

Kini aku telah pulang ke tanah kelahiran ku di tatar pasundan, Bandung. Aku merasa telah banyak yang berubah dari diriku, selain kulit yang makin menghitam dan berat badan yang berkurang karena serangan malaria, aku merasa hati ini haus untuk berjumpa dengan anak-anak, bercanda tawa dengan mereka, berbagi ilmu dengan mereka atau bahkan sekedar untuk melihat senyum mereka.

Dua minggu setelah kepulangan ku ke Bandung, masih ada jutaan rindu yang terpendam akan tanah Bima, tanah Tambora dan juga anak-anakku di desa Labuan kananga. Aku rindu senyum mereka, aku rindu tawa mereka, aku rindu kunjungan mereka kerumah, bahkan aku rindu saat mereka ngambek kepadaku. Rinduku pada desaku pun tak terbendung, aku rindu suara deburan ombak di dekat rumah, aku rindu merahnya matahari saat terbenam malu di samping pulau Satonda, aku rindu sumur samping rumah dan masih ada sejuta kenangan yang tak kan terlupa.

Kini aku di rumah, di tempat aku lahir, di tempat aku besar dan bersekolah.

Aku di rumah tepat saat bulan Ramadhan, saat yang tepat untuk berbuat. Teringat saat Ramadhan di desa, aku dan beberapa pemuda di desa mengadakan MTQ tingkat desa, beberapa perlombaan seperti lomba tilawah, sholawat dan puitisasi Al-Quran di adakan. Bercermin dari kegiatan tersebut akupun ingin sekali rasanya terlibat kembali dalam hal yang sama, khususnya berjumpa dengan anak-anak. Aku mencari kegiatan di masjid, namun karena sudah lama tidak terlibat maka ada rasa malu untuk kembali, bingung juga caranya.

Bersama tim juara cerdas cermat
Bersama tim juara cerdas cermat

Di komplek perumahan ku terdapat dua masjid, masjid terdekat dari rumahku adalah masjid Al-Kautsar. Akupun punya seribu kenangan disana. Masjid Al-Kautsar juga memiliki andil dalam membesarkan aku hingga jadi seperti sekarang (emang sekarang kayak apa?). Haha. Dulu sewaktu kecil aku ikut pesantren kilat disana. Ada banyak kegiatan yang seru, mulai dari mengaji iqro dan Al-Quran, belajar sejarah islam, tata cara sholat dan masih banyak lagi.

Kudengar saat ini di masjid akan diadakan pesantren kilat juga untuk anak-anak. Wuaaaah…ada rasa tergelitik untuk ikut berpartisipasi di dalamnya, tapi bagaimana caranya? Membaca saja aku sulit *jaduldotkom. Awal-awal Ramadhan aku lewati dengan sedikit rasa galau, maklumlah status masih pengangguran, jomblo pula sebuah kompilasi yang tepat untuk menuju galau tingkat nasional. Hanya keluarga yang menjadi sumber kebahagiaanku sudah lama aku tidak bercengkrama dengan mereka.

19 Juli 2013

Di tengah-tengah keresahan, tiba-tiba di sore hari menjelang magrib datanglah “malaikat penolong”-ku, dua orang pemuda masjid yang akan mengambil baju bekas dari rumah untuk di sumbangkan. Oowh sebuah kesempatan emas pikirku. Eiits..jangan pikir macam-macam, dua pemuda ini bukan mau saya lamar atau jadikan kecengan, mereka akan menjadi pintu pembuka ku untuk masuk kembali ke kegiatan remaja masjid *gilaa sok remaja banget ya gw. Saat mereka masuk kedalam rumah tanpa ragu-ragu lagi kutanya,

Aku:  “Mas (ah saya lupa namanya) ada kegiatan apa aja di masjid sekarang?” *songong ga       sih nanyanya?. Padahal siapa gw.

Pemuda A: “Sekarang ada baksos untuk kampung sebelah, kita mau jual baju bekas murah”

Aku    : “Waaah seru ya!” *belagak ecxited, padahal emang dan berharap di ajak.

Pemuda B: “Iya teh, kita jualan nya malam ini setelah tawarih di kampung belakang”

Aku    : “Ooowh, mmh…klo kegiatan untuk anak-anak nya ada?

Pemuda A : “Ada teh, ada sanlat, pembukaannya mulai besok”

Aku    : (dengan pede) “Eh mas boleh ikutan ga?”

Pemuda A : “Boleh banget teh, nanti saya bilang ke panitianya”

Aku    : (dengan wajah sumringah) “Okeee ditunggu ya kabarnya”

Horeeeee akhirnya aku memberanikan diri menawarkan untuk bergabung di sanlat masjid Al-Kautsar. Rasanya senang, rasanya menggembirakan bisa terjun langsung, haaaaa tak sabar bertemu anak-anak besok!!.

20 Juli 2013

Esoknya…..

Aku sudah siap di gerbang masjid, sambil celingak celinguk ga jelas, karena bingung, sudah lama tidak berkeliaran di masjid, rasanya banyak yang berubah. Banyak sekali yang berbeda dari masjid ini, semakin cantik, semakin rapi, dan semakin ramai, Alhamdulillah. Ada beberapa orang yang yang tidak aku kenal. Akhirnya aku bertemu dengan koordinator pesantren kali ini, Ibu Ichwan namanya, belakangan aku tau beliau ternyata ketua divisi pendidikan di masjid ini, bagian yang mengurusi TK dan TPA di masjid. Baru kali ini aku bertemu dengan bu Ichwan, selama ini sering mengenal namanya saja dari mama. Ibu Ichwan menyambut dengan baik niat ku untuk membantu mengajar di sanlat. Bahkan bu Ichwan sempat memperkenalkan aku kepada anak-anak sebagai ustadzah. OOOOWWWHHH….aamiin ya Allah. Haha biarlah.

Saat-saat yang dinantikan bertemu anak-anak!!! Banyak sekali anak-anak!!! Sekitar ada 50 orang mulai dari kelas 1 SD sampai SMP. Mereka manis sekali, memakai baju muslim dan baju koko serta kopeah tidak ketinggalan. Aku masih belum mengenal mereka, karena mereka generasi yang sudah lewat 10-20 tahun di bawahku. Hahahaha *senioritas. Disana aku bergabung bersama guru yang lainnya (yang ternyata mereka ada guru TPA, dan ustadz semua) oooh noooo…semuanya pasti jago dan ilmunya sudah selangit. Sedangkan aku, anak kemaren sore yang baru lulus kuliah (itu aja ga ada hubungannya sama ilmu keagamaan). Yasudahlah karena di Bima aku sudah belajar bagaimana caranya percaya diri mengahadapi rekan kerja sesama guru dan sedikit “sok tahu” terhadap banyak hal *walaupun belum banyak tau, yang penting sudah dipercaya dulu. Hahahaha. Walaupun begitu aku yakin pasti bisa, karena ilmu agama juga berhubungan dengan belajar karakter diri, dan itu adalah hal yang sehari-hari tak terlepas dari manusia, ilmunya banyak di sekitar kita.

Anak-anak putri peserta Sanlat di masjid Al-Kautsar
Anak-anak putri peserta Sanlat di masjid Al-Kautsar

Alhamdulillah hari itu aku dipercaya untuk memegang kelas Al-Quran, kelas anak-anak yang sudah remaja, sudah baligh. Ada sekitar 20 anak, laki-laki dan perempuan, kami sama-sama mengulang kembali hapalan Qur’an kita, mulai dari juz amma. Dengan metoda buddy system mereka menghapal sambil saling mengoreksi. Seru sekali sore itu. Di akhir perjumpaan aku memberikan hadiah berupa “tepuk semangat” dan “superman wooosh” sebagai apreasiasi karena mereka belajar dengan tertib dan menyenangkan. Alhamdulillah mereka senang dengan hadiah tersebut, mungkin karena baru pertama kali mendengar. (FYI, selama sanlat berlangsung “tepuk semangat” di copy dan pakai oleh guru-guru yang lain *aaah senangnya).

Sore itu dan sore-sore kedepan menjadi ngabuburit ter-seru dalam hidupku, karena aku habiskan di masjid bersama anak-anak. Anak-anak memang memiliki energi positif yang luar biasa, dimanapun mereka, mereka memang luar biasa, mereka memang juara.

Alhamdulillah berkah Ramadhan, si pengangguran dan jomblo ini akhirnya punya kegiatan.

Hahaha.

Dimanapun kita berada, jadikan bulan Ramadhan, bulan yang tak kan pernah terlupakan. Mari berkontribusi.

Sukamenak, 4 Agustus 2013

HARDIKNAS di kaki gunung Tambora

IMG_8482

 

SMPN 1 Tambora, desa Rasa Bou, Kecamatan Tambora

2 Mei 2013

Pelaksanaan upacara bagi seluruh pelaku pendidikan di Tambora, diikuti oleh seluruh karyawan UPT Tambora, kepala sekolah SD, SMP hingga SMA, guru-guru, serta siswa-siswi dari tingkat SD hingga SMA di kawasan Satuan Pemukiman 1 (SP1).

“Semoga pendidikan di Tambora semakin maju, karena pendidikan adalah vaksin penyakit sosial serta elevator kesejahteraan masyarakat.”

Muhammad Nuh dalam pidato Hardiknas 2013, disampaikan oleh Dae Nai (Zaenudin) Kepala UPT Kecamatan Tambora)

photgraph by: Faisal Jamil, pengajar muda SDN Tambora.

Kelambu Merah Jambu

30 April 2013

21.11 WITA

Dulu sebelum aku diberangkatkan ke daerah penempatan, aku dan teman-temanku dibekali banyak hal, salah satu hal nyata yang kami dapatkan adalah seonggok kelambu merah. Oooh betapa centil sekali warna kelambu ini, namun sayang sekali pesona merah jambu nya baru aku nikmati hari ini. Sebuah hari dipenghujun bulan April. Entah mengapa sudah lama sekali kelambu merah jambu ini terlantar layaknya bunga hutan, indah namun tak diketahui banya orang, sama halnya seperti kelambu ini, punya potensi besar, namun terabaikan oleh sang empunya. Empunya tiada lain tiada bukan adalah diriku sendiri.

Kata masyarakat tempat desaku tinggal, desa Labuan Kananga, kec. Tambora, kalau ada orang baru datang ke sini, mestilah ia akan terkena sakit Malaria. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk ganas yang punya parasit bernama Plasmodium. Oleh karena itu, dari pihak yayasan membekali kami kelambu merah untuk mencegah sang plasmodium masuk ke dalam darah, sehingga menyebabkan apa yang sering disebut sebagai malarindu eh malaria. Sepatutnyalah aku menggunakan kelambu ini demi keselamatan jiwaku, memakainya di kamar tidurku.

Sepuluh bulan sudah ku menghuni kamar ini, kamar kecil berukuran 5×4 m, berdinding triplek, berlantai kayu dengan pintu yang disertai dengan gorden berwarna ungu berenda. Kamar ini akan menjadi sangat dingin di malam hari dan menjadi sangat panas di siang hari, dikarenakan atapnya yang terbuat dari seng. Kalau siang sepulang sekolah, aku sudah seperti ikan bakar yang siap di santap. Kamar ini selalu dalam kondisi kadang berantakan dan kadang kurang rapih (lah kapan beresnya?) hahaha….Yah, disudut-sudut kamar ada beragam tumpukan dus, dus buku, dus sumbangan tas hingga dus perlengkapan mengajar. Saya tidur di atas kasur besar, muat untuk dua orang, tempat tidurnya terbuat dari kayu. Aaahh….kamar ini sudah menjadi hidupku, semuanya ada disini.

Yah semuanya ada disini, kecuali si kelambu merah jambu itu, kemanakah ia? Padahal Continue reading “Kelambu Merah Jambu”

jodoh nu saha? nu Nani

IMG_4973Saya punya teman seperjuangan, namanya Nani Nurhasanah. Untuk menghubungi dia, rasanya sulit sekali, harus menanti waktu petang, ketika nani datang ke sebuah tebing. Tebing sinyal namanya, sebuah tebing harapan Nani untuk menyapa dunia. Karena hanya disanalah sinyal nya berada, sinyal satu bar. Berbeda dengan Nani, desa saya kaya akan sinyal, mau di depan rumah, halaman sekolah, tepi pantai, belakang wc, dalam sumur, sampai blusukkan ke kolong meja pun pasti ketemu sinyal.

Saya dan Nani tinggal di desa yang berbeda, kalau naik motor jaraknya satu setengah jam perjalanan melewati 5 dusun lain, hutan-hutan, sungai dan sabana.

Siang ini di sekolah mendung, enggan rasanya untuk pulang ke rumah, di kelas, saya sendirian bermain dengan laptop. Dengan kuasa Allah tangan ini bergerak membuka sebuah folder foto dalam laptop saya. Folder itu berisi foto-foto saya dan Nani, saat kami ada di Bandung.Tiba-tiba rasa rindu menyeruak dalam dada, iseng, saya ambil hp, saya ketik sms bernada: “kangen nani”, saya kirimkan sms itu ke nomor-nya, walau saya tau sms itu akan sampai entah kapan.

Namun tiba-tiba, jeng jreeeng….sebuah sms report mengabarkan bahwa sms telah sampai di sebrang, di tempatnya nani!. wooow…kaget saya dibuatnya, jarang-jarang hal ini bisa terjadi. Langsung saya telpon nomor nomor yang bersangkutan, apa yang terjadi??

yap..dia memang ada disana. di tebing sinyal sedang menanti kabar. Akhirnya kita mengobrol panjang lebar, melepas rindu. Cerita tentang sekolah masing-masing. Ternyata disana juga sedang mendung, nani menelpon sambil memakai payung, hehe…terdengar pantulan air hujan dari payungnya.

Hahaha siang ini memang agak aneh buat saya tapi tak ada yang namanya sebuah kebetulan, semua ada sebab dan akibatnya, ada Allah yang mengatur, cepat atau lambat…insyaAllah kalau memang jodoh gakan kemana :D. Ya nan? :p.

Labuan Kananga, malam terang bulan, dan deburan ombak yang besar.

Tekadku Dulu, Kini dan (mungkin) Nanti

Duduk santai sambil menyilangkan kaki di atas kursi kayu meja guru. Haaaaah begitu nikmatnya. Diluar kelas hujan turun begitu derasnya, ya..saking derasnya sang hujan, berhasil menahan saya di sekolah ini, sekolah yang sudah bersamaku selama 10 bulan ini. Aku belum bisa pulang kerumah orang tua angkat ku. Anak-anak kubiarkan bermain bersama kertas dan pewarna yang kubawa dari rumah. Aku berusaha menikmati waktuku berdua bersama laptopku, tak pernah terpikirkan dalam hidupku aku ada disini. Disini bersama anak-anak suku sasak, yang tinggal di kaki gunung Tambora, di sebuah dusun bernama Doro Le’de.

Sewaktu kecil aku punya cita-cita jadi seorang arsitek, ingin bangun masjid agung terbesar se-Asia Tenggara di kota kelahiranku, Bandung. Cita-cita itu tetap ada di dalam dada hingga aku beranjak besar dan bersekolah di SMA. Saat itu semuanya berputar, masa depanku di depan mata. Singkat cerita keinginan untuk membangun masjid agung harus tertunda, aku bilang tertunda karena mungkin suatu saat akan tercapai, saat ini aku sedang menjadi guru di salah satu SD di kabupaten Bima, tepatnya di pesisir pantai desa Labuan Kananga. Orang-orang bilang SD ini SD terpencil, karena jaraknya yang jauh dari kota, namun kini bagiku terpencil adalah ladang ber-potensi sumber daya luar biasa kaya yang belum tergali, belum ada usaha eksplorasi di dalamnya, eksplorasi bukan eksploitasi. SD ku ini teretak di kecamatan Tambora, kecamatan Tambora memiliki jutaan hektar sabana, ribuan hektar ladang subur dan ratusan spesies tumbuhan dan binatang yang hidup didalamnya. Pertama kali menjejakkan kaki disini dan melihat indahnya Tambora, aku hanya bisa berucap Indonesia sangatlah kaya, luar biasa kaya, kata siapa Indonesia miskin.

Kembali pada meja kerjaku, aku kini adalah seorang guru. Tugasku kini adalah mengajarkan mereka semua tentang dunia dan yang paling utama adalah mendidik anak-anakku untuk menjadi anak yang berkarakter baik, woooow Continue reading “Tekadku Dulu, Kini dan (mungkin) Nanti”

malam tujuhsatutigabelas

Malam selalu membawa banyak cerita
Malam juga dapat dengan mudah menghapus cerita

Malam ini malam selasa
Pada awalnya sama seperti malam-malam sebelumnya
Malam ini malam ke dua belas saat saya berada di Bandung, setelah hampir satu tahun saya meninggalkan kota penuh kenangan ini
Malam ini malam tujuhsatutigabelas
Pada akhirnya malam ini menggoreskan sebuah sejarah baru lagi bagiku untuk dikenang di masa yang akan datang

Malam ini sama seperti malam di bulan enam
Malam ini sama seperti malam di bulan sembilan

Ketika itu saya terduduk, kepala tertunduk dan tanpa terasa ada titik-titik air menutupi pandangan

Malam ini malam yang sendu, malam yang pilu, malam yang dingin

Malam memang selalu membawa banyak cerita
Namun malam ini adalah malam untukku menghapus banyak cerita