Tak Hanya Sekedar Berkumpul

Sewaktu aku kecil malam takbiran adalah malam yang paling kutunggu selepas bulan Ramadhan. Masih teringat dalam memoriku setiap tahun di malam takbiran aku habiskan bersama keluarga beasarku di kampung. Bermain kembang api, bercanda tawa hingga malam dengan adik, mama, papa, tante, sepupu-sepupu, dan yang pasti empat sosok selalu ku hormati dan kucintai oma dan opa serta aki dan uci.

Kami adalah keluarga rantau, sehingga ramadhan dan lebaran adalah momen penting untuk bersilaturahim. Hanya pada saat lebaran kami berkumpul, saling melepas rindu.

Bagiku dulu inti dari berlebaran adalah berkumpul. Dan akan terus begitu. Aku senang dan bahagia setiap berakhirnya bulan Ramadhan. Karena kutahu, lebaran akan tiba dan itu artinya kami semua akan bertemu, memakai baju baru, sepatu baru, makan beragam kue tradiaional dan yang paling membahagiakan dan dinanti adalah salam tempel!. Hahaha.

Oma Opa dan cucu-cucu. Payakumbuh, Syawal 1432 H.
Oma Opa dan cucu-cucu. Payakumbuh, Syawal 1432 H.

Namun, seiring waktu berjalan. Aku semakin menyadari makna dari lebaran tidak hanya sekedar bertemu muka. Hal itu baru aku rasakan saat ini, ketika Allah memanggil lebih dulu aki dan oma, lalu disusul uci dan opa yang saat ini sedang sakit keras.

Banyak perbedaan yang terjadi. Tak ada lagi pulang kampung. Tak ada lagi mudik bersama. Lebaran bukan lagi ajang berkumpul bagi keluarga kami. Konsentrasi kami adalah untuk merawat uci dan opa. Awalnya aku sedih sungguh sangat sedih. Aku merindukan kebersamaan kami di kampung halaman, di rumah aki dan uci, di pekarangan rumah oma dan opa.

Mungkin ini yang namanya perjalanan hidup. Ada fase nya. Aku tahu Allah punya rencana yang manis buat setiap hamba-Nya. Allah menanamkan sejuta makna dari setiap kejadian.

Memang saat ini keluarga besar kami tak dapat berkumpul lengkap di malam takbiran. Tapi dari peristiwa ini aku tahu bahwa makna dari lebaran tidak hanya sekedar bersilaturahim. Dalam kesepian kini aku berpikir. Lebaran adalah refleksi dari keberjalanan satu bulan Ramadhan, sudah sejauh manakah aku “memanfaatkan” Ramadhan?, sudah lebih baik kah diriku kini dari bulan-bulan sebelumnya?, sudahkah aku lebih dekat dengan Allah? sudahkah aku memperbaiki ibadahku? sudahkah aku benar-benar bertaubat?.

Sudahkan Ya Allah?

Aku takkan pernah tahu jawabannya sampai aku dapat mempertahankan apa yang aku dapatkan di bulan Ramadhan ini untuk aku terapkan di bulan-bulan berikutnya, sampai aku terus berjuang jadi pribadi yang lebih baik lagi, sampai aku tak kenal kenyang dalam mencari ilmu-Mu dan mengamalkan-Nya.

Dalam kesepian ini aku pun menemukan makna bahwa lebaran tidak hanya sekedar bertemu muka. Karena kehadiran kami insyaAllah sudah tergantikan dengan doa. Doa untuk keluarga besarku.

Ya Allah lindungilah keluargaku dari api neraka. Jadikanlah keluargaku ahli syurga.

Ya Allah ampunilah dosa para pendahuli kami, lapangkan lah kuburnya, terimalah amal baik mereka, dan tempatkan mereka di sisi Mu kelak.

Ya Allah pertemukanlah kami dengan Ramadhan mu tahun depan.

Untuk keluargaku dan juga untuk sahabat-sahabatku yang belum sempat bertemu…..

Walaupun saat ini raga kami berpisah, hati kami tetap bersatu dalam ukhuwah Mu, semoga kelak kami akan dipertemukan di Jannah Mu. Aamiin.

Ramadhan sudah berakhir, bulan penuh ampunan dan penuh pahala sudah berlalu. Semoga semangat Ramadhan dapat terus berkobar pada bulan-bulan berikutnya.

Aamiin..aamiin..317x

Sukamenak, 1 Syawal 1434 H

One thought on “Tak Hanya Sekedar Berkumpul

Leave a comment