Ramadhan Ku Kemarin dan Kini

Setahun di tanah Bima telah mengajariku mencintai anak-anak

Setahun di tanah Bima telah mengajariku arti dari kepedulian

Setahun di tanah Bima telah mengajari makna dari “Kontribusi Nyata”

Kini aku telah pulang ke tanah kelahiran ku di tatar pasundan, Bandung. Aku merasa telah banyak yang berubah dari diriku, selain kulit yang makin menghitam dan berat badan yang berkurang karena serangan malaria, aku merasa hati ini haus untuk berjumpa dengan anak-anak, bercanda tawa dengan mereka, berbagi ilmu dengan mereka atau bahkan sekedar untuk melihat senyum mereka.

Dua minggu setelah kepulangan ku ke Bandung, masih ada jutaan rindu yang terpendam akan tanah Bima, tanah Tambora dan juga anak-anakku di desa Labuan kananga. Aku rindu senyum mereka, aku rindu tawa mereka, aku rindu kunjungan mereka kerumah, bahkan aku rindu saat mereka ngambek kepadaku. Rinduku pada desaku pun tak terbendung, aku rindu suara deburan ombak di dekat rumah, aku rindu merahnya matahari saat terbenam malu di samping pulau Satonda, aku rindu sumur samping rumah dan masih ada sejuta kenangan yang tak kan terlupa.

Kini aku di rumah, di tempat aku lahir, di tempat aku besar dan bersekolah.

Aku di rumah tepat saat bulan Ramadhan, saat yang tepat untuk berbuat. Teringat saat Ramadhan di desa, aku dan beberapa pemuda di desa mengadakan MTQ tingkat desa, beberapa perlombaan seperti lomba tilawah, sholawat dan puitisasi Al-Quran di adakan. Bercermin dari kegiatan tersebut akupun ingin sekali rasanya terlibat kembali dalam hal yang sama, khususnya berjumpa dengan anak-anak. Aku mencari kegiatan di masjid, namun karena sudah lama tidak terlibat maka ada rasa malu untuk kembali, bingung juga caranya.

Bersama tim juara cerdas cermat
Bersama tim juara cerdas cermat

Di komplek perumahan ku terdapat dua masjid, masjid terdekat dari rumahku adalah masjid Al-Kautsar. Akupun punya seribu kenangan disana. Masjid Al-Kautsar juga memiliki andil dalam membesarkan aku hingga jadi seperti sekarang (emang sekarang kayak apa?). Haha. Dulu sewaktu kecil aku ikut pesantren kilat disana. Ada banyak kegiatan yang seru, mulai dari mengaji iqro dan Al-Quran, belajar sejarah islam, tata cara sholat dan masih banyak lagi.

Kudengar saat ini di masjid akan diadakan pesantren kilat juga untuk anak-anak. Wuaaaah…ada rasa tergelitik untuk ikut berpartisipasi di dalamnya, tapi bagaimana caranya? Membaca saja aku sulit *jaduldotkom. Awal-awal Ramadhan aku lewati dengan sedikit rasa galau, maklumlah status masih pengangguran, jomblo pula sebuah kompilasi yang tepat untuk menuju galau tingkat nasional. Hanya keluarga yang menjadi sumber kebahagiaanku sudah lama aku tidak bercengkrama dengan mereka.

19 Juli 2013

Di tengah-tengah keresahan, tiba-tiba di sore hari menjelang magrib datanglah “malaikat penolong”-ku, dua orang pemuda masjid yang akan mengambil baju bekas dari rumah untuk di sumbangkan. Oowh sebuah kesempatan emas pikirku. Eiits..jangan pikir macam-macam, dua pemuda ini bukan mau saya lamar atau jadikan kecengan, mereka akan menjadi pintu pembuka ku untuk masuk kembali ke kegiatan remaja masjid *gilaa sok remaja banget ya gw. Saat mereka masuk kedalam rumah tanpa ragu-ragu lagi kutanya,

Aku:  “Mas (ah saya lupa namanya) ada kegiatan apa aja di masjid sekarang?” *songong ga       sih nanyanya?. Padahal siapa gw.

Pemuda A: “Sekarang ada baksos untuk kampung sebelah, kita mau jual baju bekas murah”

Aku    : “Waaah seru ya!” *belagak ecxited, padahal emang dan berharap di ajak.

Pemuda B: “Iya teh, kita jualan nya malam ini setelah tawarih di kampung belakang”

Aku    : “Ooowh, mmh…klo kegiatan untuk anak-anak nya ada?

Pemuda A : “Ada teh, ada sanlat, pembukaannya mulai besok”

Aku    : (dengan pede) “Eh mas boleh ikutan ga?”

Pemuda A : “Boleh banget teh, nanti saya bilang ke panitianya”

Aku    : (dengan wajah sumringah) “Okeee ditunggu ya kabarnya”

Horeeeee akhirnya aku memberanikan diri menawarkan untuk bergabung di sanlat masjid Al-Kautsar. Rasanya senang, rasanya menggembirakan bisa terjun langsung, haaaaa tak sabar bertemu anak-anak besok!!.

20 Juli 2013

Esoknya…..

Aku sudah siap di gerbang masjid, sambil celingak celinguk ga jelas, karena bingung, sudah lama tidak berkeliaran di masjid, rasanya banyak yang berubah. Banyak sekali yang berbeda dari masjid ini, semakin cantik, semakin rapi, dan semakin ramai, Alhamdulillah. Ada beberapa orang yang yang tidak aku kenal. Akhirnya aku bertemu dengan koordinator pesantren kali ini, Ibu Ichwan namanya, belakangan aku tau beliau ternyata ketua divisi pendidikan di masjid ini, bagian yang mengurusi TK dan TPA di masjid. Baru kali ini aku bertemu dengan bu Ichwan, selama ini sering mengenal namanya saja dari mama. Ibu Ichwan menyambut dengan baik niat ku untuk membantu mengajar di sanlat. Bahkan bu Ichwan sempat memperkenalkan aku kepada anak-anak sebagai ustadzah. OOOOWWWHHH….aamiin ya Allah. Haha biarlah.

Saat-saat yang dinantikan bertemu anak-anak!!! Banyak sekali anak-anak!!! Sekitar ada 50 orang mulai dari kelas 1 SD sampai SMP. Mereka manis sekali, memakai baju muslim dan baju koko serta kopeah tidak ketinggalan. Aku masih belum mengenal mereka, karena mereka generasi yang sudah lewat 10-20 tahun di bawahku. Hahahaha *senioritas. Disana aku bergabung bersama guru yang lainnya (yang ternyata mereka ada guru TPA, dan ustadz semua) oooh noooo…semuanya pasti jago dan ilmunya sudah selangit. Sedangkan aku, anak kemaren sore yang baru lulus kuliah (itu aja ga ada hubungannya sama ilmu keagamaan). Yasudahlah karena di Bima aku sudah belajar bagaimana caranya percaya diri mengahadapi rekan kerja sesama guru dan sedikit “sok tahu” terhadap banyak hal *walaupun belum banyak tau, yang penting sudah dipercaya dulu. Hahahaha. Walaupun begitu aku yakin pasti bisa, karena ilmu agama juga berhubungan dengan belajar karakter diri, dan itu adalah hal yang sehari-hari tak terlepas dari manusia, ilmunya banyak di sekitar kita.

Anak-anak putri peserta Sanlat di masjid Al-Kautsar
Anak-anak putri peserta Sanlat di masjid Al-Kautsar

Alhamdulillah hari itu aku dipercaya untuk memegang kelas Al-Quran, kelas anak-anak yang sudah remaja, sudah baligh. Ada sekitar 20 anak, laki-laki dan perempuan, kami sama-sama mengulang kembali hapalan Qur’an kita, mulai dari juz amma. Dengan metoda buddy system mereka menghapal sambil saling mengoreksi. Seru sekali sore itu. Di akhir perjumpaan aku memberikan hadiah berupa “tepuk semangat” dan “superman wooosh” sebagai apreasiasi karena mereka belajar dengan tertib dan menyenangkan. Alhamdulillah mereka senang dengan hadiah tersebut, mungkin karena baru pertama kali mendengar. (FYI, selama sanlat berlangsung “tepuk semangat” di copy dan pakai oleh guru-guru yang lain *aaah senangnya).

Sore itu dan sore-sore kedepan menjadi ngabuburit ter-seru dalam hidupku, karena aku habiskan di masjid bersama anak-anak. Anak-anak memang memiliki energi positif yang luar biasa, dimanapun mereka, mereka memang luar biasa, mereka memang juara.

Alhamdulillah berkah Ramadhan, si pengangguran dan jomblo ini akhirnya punya kegiatan.

Hahaha.

Dimanapun kita berada, jadikan bulan Ramadhan, bulan yang tak kan pernah terlupakan. Mari berkontribusi.

Sukamenak, 4 Agustus 2013

Leave a comment